Kondisi Kualitas Air Perairan Punagayya Dalam Menunjang Keberlanjutan Budidaya Rumput Laut (Kappaphycus alvarezii)
Abstrak
Perairan Punagaya merupakan salah satu lokasi budidaya rumput laut yang berada di Kabupaten Jeneponto. Pada tahun 2005, telah dibangun pembangkit listrik di lokasi tersebut. Adanya pembangunan tersebut menimbulkan kekhawatiran terutama petani rumput laut di daerah tersebut. Keberlanjutan budidaya dan produksi rumput laut di perairan Punagaya sangat ditentukan oleh kualitas perairan serta beberapa aspek lain yang saling berkaitan. Tujuan penelitian untuk mengidentifikasi kondisi fisika kimia perairan Punagaya yang digunakan untuk kegiatan budidaya rumput laut pasca pembangunan PLTU serta kemungkinan terjadinya pencemaran Plumbum (Pb) dan Cadmium (Cd). Sampel untuk pengukuran fisika dan kimia air laut dilakukan secara insitu di lokasi penelitian, sedangkan analisis kimia air berupa nitrat, fosfat, Plumbum (Pb) dan Cadmium (Cd) dilakukan di laboratorium. Hasil penelitian menunjukkan kondisi fisika kimia perairan Punagaya yang digunakan untuk kegiatan budidaya rumput laut pasca pembangunan PLTU masih dalam batas yang diperbolehkan untuk budidaya rumput laut. Akan tetapi perlu diwaspadai nilai suhu yang cukup tinggi. Nilai logam berat masih dalam ambang batas untuk kegiatan budidaya untuk rumput laut.
Referensi
Andarias, I. (1991). Pengaruh Takaran Urea dan TSP Terhadap Produksi Bobot Kering Klekap.[Disertasi].(tidak dipublikasikan). Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Anggadireja, J. T., Zatmika, A., Purwanto, H., & Istini, S. (2006). Rumput Laut, Pembudidayaan, Pengelolaan dan Pemasaran Komoditas Perikanan Potensial Penebar Swadaya. Jakarta.
Aslan, L. M. (1998). Budidaya rumput laut. Kanisius.
Brotowidjoyo, M. D., Tribawono, D., & Mulbyantoro, E. (1995). Pengantar lingkungan perairan dan budidaya air. Penerbit Liberty, Yogyakarta, 259.
Effendi, H. (2003). Telaah kualitas air, bagi pengelolaan sumber daya dan lingkungan perairan. Kanisius.
Kepmen LH. (2004). Keputusan menteri negara lingkungan hidup no: 51 tahun 2004 tentang baku mutu air laut. Deputi Menteri Lingkungan Hidup: Bidang Kebijakan Dan Kelembagaan LH, Jakarta., 11.
Lakitan, B. (2000). Dasar-dasar fisiologi tumbuhan. PT RajaGrafindo Persada.
Lobban, C. S., Harrison, P. J., & Harrison, P. J. (1994). Seaweed ecology and physiology. Cambridge University Press.
Mahatama, E., & Farid, M. (2013). Daya saing dan saluran pemasaran rumput laut: kasus Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan. Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, 7(1), 55–72.
Patadjai, R. S. (1993). Pengaruh pupuk TSP terhadap pertumbuhan dan kualitas rumput laut Gracilaria gigas Harv. Unpublish Master’s Thesis, Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Poncomulyo, T., Maryani, H., & Kristiani, L. (2006). Budidaya dan Pengolahan Rumput Laut. Agromedia. Jakarta. Hal, 14–15.
Pong-Masak, P. R., Jaya, A. I., Hasnawi, H., Pirzan, A. M., & Lanuru, M. (2016). Analisis Kesesuaian Lahan Untuk Pengembangan Budidaya Rumput Laut Di Gusung Batua, Pulau Badi, Kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan. Jurnal Riset Akuakultur, 5(2), 299–316.
Rivai, M. (2016). Apakah PLTU Mpanau Berdampak pada Hancurnya Budidaya Rumput Laut Teluk Palu?
Sastrawijaya, A. T. (2000). Pencemaran Lingkungan, cet. Ke-2, Jakarta: PT Rineka Cipta.
Sulistijo, A. W. S. (1996). Perkembangan Budidaya Rumput Laut di Indonesia. Jakarta: Puslitbang Oseanografi LIPI.
Syaifullah, M. D. (2015). Suhu Permukaan Laut Perairan Indonesia dan Hubungannya dengan Pemanasan Global. Jurnal Segara, 11(2), 103–113.
Syam, F. (2017, July). PLTU Unit IIIA Jeneponto Milik Bosowa Energi Beroperasi, Tambah Pasokan Listrik 250 MW - Tribunnews. Tribunnews.Com.
Tamamma, I. M. Y., Si, M., Fakhriyyah, S., Pi, S., Si, M., & Pasanrangi, A. M. H. A. (2012). Kontribusi Usaha Budidaya Rumput Laut (Eucheuma cottonii) Terhadap Pendapatan Keluarga (Studi Kasus Desa Arungkeke, Kecamatan Arungkeke, Kabupaten Jeneponto).
.png)













